PENDEKATAN DALAM KONSELING DAN PSIKOTERAPI
A. PENDEKATAN PSIKOANALISA
Salah satu cabang psikologi dimana teori ini berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian manusia. Unsur – unsur yang diutamakan dalam teori ini adakah motivasi, emosi dan aspek – aspek intenal lainnya. Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara – cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme – mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan. Melalui pendekatan psikoanalitik, akan memberikan cara – cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi – mimpi, resistensi – resistensi dan transferensi – transferensi.
1) Perspektif Psikoanalitik Freud
Psikoanalisis adalah cabang ilu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Teori psikoanalisis dikembangkan oleh Freud dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbciara mengenai kepribadian, khusnya dari segi struktur, dinamika & perkembangannya. Menurut perspektif psikoanalitik Freud, perilaku manusia adalah hasil dari 3 pilar kepibadian, yaitu Id, Ego & Superego.
a) Id
Terdiri dari insting- insting. Baik insting untuk hidup maupun insting untuk mati. Id bekerja untuk memenuhi dorongan insting yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan fisik. Id bertujuan untuk mengurangi ketegangan dengan cara menigkatkan kesenangan dan menghindari rasa sakit. Cara bekerja Id menganut prinsip kesenangan (pleasure principle).
b) Ego
Aspek-aspek rasional dari kepribadian yang bertanggung jawab untuk mengkontrol Id. Ego berfungsi sebagai mediator antara Id dengan situasi dunia luar dan memfasilitasi interaksi antara keduanya. Ego mengikuti prinsip realitas yang mencoba menahan tuntutan Id yang ingin segera dipenuhi sampai ditemukannya obyek yang tepat untuk memuaskan kebutuhan dan menurunkan tensi.
c) Superego
Aspek moral dari kepribadian yang berasal dari pengasuhan orang tua atau norma-norma dan nilai-nilai di dalam masyarakat. Berkembang sejak masa kanak-kanak ketika individu menerima aturan tingkah laku dari orang tua atau pengasuh.
Ego berperan untuk menjaga keseimbangan antara dorongan dalam diri (Id) dengan aturan – aturan social (Superego) yang berlaku di dunia luar. Ego tidak menghentikan dorongan Id, namun mencoba menunda atau mengarahkan kembali tuntutan Id, menyesuaikan dengan kondisi lingkungan atau kenyataan yang dihadapi.
2) Teknik dan Konsep Psikodinamika dalam Piskoterapi
a) Asosiasi bebas
Merupakan teknik yang digunakan dalam psikoterapi psikoanalisis. Teknik ini menuntut klien untuk mengatakan segala sesuau yang muncul dalam kesadaranya dengan leluasa tanpa perlu membuat uraian yang logis, teratur, penuh arti.
b) Transference (pemindahan)
Teknik ini bertujuan untuk mengubah atau mengarahkan isu antara pasien dan figure penting dalam hidup mereka. Teknik akan akan membantu pasien untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima, menginterpretasikan, dan merespon penglamannya dalam kaitannya dengan figure penting dalam hidup mereka (misalnya ibu dan atau ayah)
c) Insight (pengertian)
Teknik ini bertujuan supaya pasien memahami lebih baik dampak – dampak yang ia tidak disadari sehingga membuat hal yang tidak disadari menjadi disadari. Dengan membangun insight kedalam tujuan dan perilaku mereka yang keliru, maka hal ini akan sangat membantu pasien untuk bertindak atas insight tersebut.
3) Perspektif Pembaharu atau Neo-Freudian
Carl Jung merupakan orang pertama dalam ligkungan Freud yang tidak setuju dengan aspek dasar konsep Freud. Sedangkan Erik Erikson mengembangkan perspektif masa hidup yang menyatakan bahwa perkembangan psikososial terus terjadi setelah lima tahap psikoseksual kanak-kanak yang diungkapkan Freud. Berbeda dengan Freud, Alfred Adler menganggap kompensasi atas perasaan inferior (lemah) sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan fungsi psikologis. Carl Jung juga menolak penekanan Freud pada aspek seksualitas. Jung menekankan pengaruh spiritual sama dengan peran dari ketaksadaran kolektif (simbol-simbol dan gambaran yang diturunkan dari nenek moyang). Harry Stack Sullivan memfokuskan teorinya pada peran hubungan interpersonal dalam kepribadian dan perkembangan psikologis. Karen Horney mengembangkan pembahasan dengan teori Freud mengenai penis dan peran perempuan.
Dengan demikian, teori-teori yang dibangun oleh para pembaharu dikenal sebagai pembentukan dasar bagi psikologi ego. Sebagian besar dari revisionis sepakat bahwa peran hubungan interpersonal sangat mendasar dalam perkembangan kepribadian dan fungsi psikologis. Para revisionis secara umum sepakat bahwa perkembangan psikologis berlanjut setelah tahun-tahun pertama yang diungkap oleh Freud. Para revisionis ini berfokus pada fungsi ego yang lebih komprehensif.
4) Perspektif Relasi Objek
5) Dinamika Kepribadian menurut Freud
Psikoanalisa sebagai system kepribadian manusia. Insting merupakan sumber stimulasi dari dalam tubuh yang memotivasi dan menggerakkan kepribadian dan tingkah laku. Insting dibagi menjadi 2 :
a) Insting hidup
Motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku positif (konstruktif) dimana motif ini mendorong mansia untuk mempertahankan hidup dan melestarikan spesies, bentuk energy sebagai manifestasi dari insting hidup adalah libido. Libido merupakan energi psikis yang mendorong seseorang untuk mengejar tingkah laku dan pikiran – pikiran yang menyenangkan.
b) Insting mati
Motif dasar manusia yang mendorongnya untuk bertingkah laku negative (destruktif). Dimana daya – daya destruktif ini dapat diarahkan ke dalam diri sendiri (bunuh diri) atau diarahkan ke luar (kebencian, perilaku agresi).
6) Teknik – teknik Dasar Pendekatan Psikoanalisa Freud
a) Asosiasi bebas
Pada teknik ini, konselor akan meminta klien untuk menjernihkan pikirannya atau membersihkan pikirannya dari pemikiran sehari – hari dan sebisa mungkin klien harus menyatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya meskipun itu menyakitkan. Dimana teknik ini akan membuat klien memanggil kembali pengalaman – pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi – emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis dari masa lampau. Teknik ini membutuhkan waktu yang cukup lama, karena pada teknik ini konselor meminta klien untuk mengingat kembali pengalaman di masa lalunya
b) Interpretasi
Interpretasi merupakan prosedur dasar yang digunakan dalam analisa mimpi, asosiasi bebas san resistensi. Prosedur tersebut terdiri dari penetapan konselor, penjelasan makna tingkah laku yang di manifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas dan resistensi. Fungsi teknik interpretasi ini adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal – hal yang tersembunyi.
c) Analisis mimpi
Analisis mimpi merupkan prosedur yang penting untuk membuka hal – hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman terhadap masalah – masalah yang belum terpecahkan. Karena pada saat tidur, pertahanan akan menjadi lebih lemah dan perasaan tertekan akan muncul ke permukaan. Maksudnya mimpi sebagai keinginan taksadar yang muncul dalam kesadaran.
Tugas analis adalah menyingkap makna - makna yang disamarkan dengan mempelajari symbol – symbol yang terdapat pada isi manifest mmpi. Selama jam analitik, analis bisa meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifest impian guna menyingka makna - makna yang terselubung.
d) Resistensi
Resistensi menurut Freud adalah semua kekuatan yang menentang pekerjaan pemulihan atau melakukan penolakan. Resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan – alasan terjadinya penolakan. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagaipertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan dan perasaan yang direpresi itu.
Resistensi ditujukan untuk mencegah bahkan yang mengancam memasuki ke kesadaran, analis harus menunjukkannya, dan klien harus menghadapiya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik – konflik seara realistic. Penafsiran analis atas resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan – alasan yang ada dibalik resistensi sehingga ia bisa menganganinya.
e) Transferensi
Transferensi terjadi ketika pasien merespon analis sebagai figure pada masa kecil atau orang tua, Respon ini dapat berupa positif dan negative tergantung suasana emosi yang sedang dialami. Analisis tranferensi adalah teknik utama dalam psikoanalisa sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya daam terapi. Ia memungkinkan klien mampu memperolah pemahaman atas sifat dari fiksasi – fiksasi dan deprvasi – deprevasinya, dan meyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampu terhadap kehidupannya sekarang.
B. PENDEKATAN HUMANISTIK
1) Pandangan tentang Sifat Manusia
2) Proses – proses Terapeutik
Bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya, memiliki karakteristik seperti :
a) Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
b) Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
c) Memikul tanggung jawab untuk memilih
3) Fungsi dan Peran Terapis
Fungsi terapis dalam pendekatan humanistic ini adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam dunianya. Teknik yang digunakan mengikuti alih – alih mendahului pemahaman. Karna menekankan pada pengalaman klien ekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan dalam menggunakan metode – metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi, tidak hanya dari klien satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase yang dijalani oleh klien yang sama. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikolog humanistic memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal berikut :
- Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
- Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
- Hubungan sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
- Berorientasi asli pada pertumbuhan
- Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
- Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak ditangan klien
- Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terpis dengan gaya hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif
- Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk mengembangkan tujuan – tujuan dan nilainya sendiri
- Bekerja kea rah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien.
4) Penerapan Teknik – teknik dan Prosedur Terapeutik
Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan humanistic tidak memiliki teknik – teknk yang ditentukan secara ketat, prosedur – prosedur terapeutik bisa dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya. Berikut penerapan – penerapan pada praktek terapi antara lain :
a) Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menajdikan dirinya mapu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas – aktivitas berpikir dan memilih yang khas manusia.
b) Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah makhluk yang menentukan diri, dalam arti bahwa dia memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternative – alternative. Karena manusia pada dasarnya bebas, maka ia harus bertanggung jawab atas pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendri.
c) Keterpusatan kebutuhan akan orang lain
Manusia memiliki kebutuhan yan kuat untuk menemukan suatu diri, yakni menemukan identitas diri. Akan tetapi, secara paradoksal manusia kjuga memiliki kebutuhan yang kuat untuk keluar dari keberadaan diri mereka.. manusia juga membutuhkan hubungan dengan keberadaan yang lain. Kita juga harus memberikan diri kita kepada orang lain dan terlibat dalam diri mereka.
d) Pencarian makna
Salah satu karakterisitk khas manusia adalah perjuangannya merasakan arti dan maksud hidup. Manusia pada dasarnya selalu dalam pecarian makna dan identitas diri. Terapi eksistensial-hmanistik bisa menyediakan konseptual untuk membentu klien dalam usahanya menari makna hidup.
e) Kecemasan sebagai syarat hidup
Kecemasan merupakan suatu karakteristik dasar manusia, kecemasan tidak perlu merupakan suatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan. Karena kecemasan merupakan akibat dari kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
f) Kesadaran akan kematian dan non-ada
Kesadarn atas kematian adalah kondisi manusia yang mendasar yang memberikan makna kepada hidup. Para eksistensialis tidak memandang kematian secara negative, karena menurut mereka karakteristik yang khas pada manusia adalah kemampuannya untuk memahami konsep masa depan dan tidak bisa dihindarkannya kematian.
g) Perjuangan untuk aktualisasi diri.
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan untuk menjadi apa saja yang mereka mampu. Setiap orang memiliki dorongan bawaan untuk menjadi seorng pribadi, yakni mereka memiliki kecendeungan kearah pengembangan keunikan dan keunggalan, penemuan identitas pribadi, dan perjuangan demi aktualisasi potensi – potensinya secara penuh. Jika seseorang mampu mengaktualisasikan potensi nya sebagai pribadi, maka dia akan mengalami kepuasan yang paling dalam yang bisa dicapai oleh manusia.
5) Pendekatan Konseling Client Centered
a) Peran konselor dalam model pendekatan konseling client centererd adalah:
- Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan konseling, tetapi hal tersebut dilakukan oleh klien itu sendiri
- Konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien, sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien
- Konselor menerima klien dengan sepenuhnya dalam keadaan seperti apapun
- Konselor memberi kebebasan pada klien untuk mengeksperisikan perasaan-perasaan sedalam-dalamnya dan seluuas-luasnya
b) Teknik client centered
Client centered merupakan suatu cara yang menekankan masalah dalam hal hal filosofi, sikap konselor dan mengutamakan hubungan konseling dari pada perkataan dan perbuatan konselor. Untuk itu, berikut sifat – sifat yang dapat digunakan konselor dalam tenik client centered :
- Acceptence, artinya konselor menerima
klien sebagaimana adanya dengan segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah
menerima secara netral
- Congruence, artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten
- Understanding, artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu
- Non-judgemental, artinya tidak memberi
penilaian terhadap
klien, akan tetapi konselor selalu objektif
c) Tujuan konseling dalam model pendekatan client centererd adalah :
- Memberi kesempatan dan kebebasan klien untuk mengekspresikan perasaan-perasaannya, berkembang dan terealisir potensinya
- Membantu individu untuk sanggup berdiri sendiri dalam mengadakan integrasi dengan lingkungannya, dan bukan pada penyembuhan tingkah laku itu sendiri
- Membantu individu dalam mengadakan perubahan dan pertumbuhan
C. PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
1) Teori Kepribadian
a) Teori belajar klasik
Pengkondisian klasik merupakan tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus. Teori classical conditioning adalah sebuah procedur penciptaan reflex baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya reflex tersebut. . Dengan adanya stimulus berupa hadiah (reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga siswa lebih tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatianya terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungan.
b) Teori belajar perilaku operan
Operant conditioning menurut Skinner adalah pengkondisian dimana manusia menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah ujaran atau aktifitas – aktifitas yang beroperasi atas dasar lingkungan), operan tesebut dipelajari melalui penguatan. Teori ini menekankan pada lingkungan dalam bentuk konsekuensi yang mengikut dalam suatu perilaku. Jika menyenangkan atau memperoleh ganjaran atau reinforcement maka perilakunya akan cenderung diulang dan dipertahankan, jika menyenangkan atau memperoleh punishment maka perilakunya akan dikurangi atau dihilangkan.
c) Teori belajar dengan mencontoh
Observasi model secara langsung disebut imitasi atau modeling. Perilaku manusia dapat terjadi dengan mencontoh perilaku yang ada di lingkungannya. Dalam proses imitasi ini, anak akan melihat orang tuanya sebagai figur utama yang layak ditiru sebelum meniru orang lain. Melalui imitasi, seseorang belajar nilai dan norma di masyarakat atau sebaliknya ia belajar suatu perbuatan yang menyimpang dari nilai dan norma yang berlaku. Baik anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan dan imitasi tersebut.
d) Perilaku bermasalah
Perilaku bermasalah merupakan tingkah laku atau kebiasaan
– kebiasaan negative atau perilaku yang tidak tepat yaitu perilaku yang tidak
sesuai dengan yang diharapakan salah dalam penyesuaian lingkungan. Tingakh laku
yag salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah. Manusia
yang bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespons tingkah laku negative
dari lingkungannya, tingkah laku maladaptive terjadi juga karena kesalahpahaman
dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
2) Tujuan Konseling
a) Berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik
b) Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan teraputik
c) Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien
d) Penafsiran objek atas tujuan terapeutik
e) Belajar operan atau operan learning, yaitu belajar didasarkan atas perlunya pemberian reinforcement untuk menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan
f) Belajar mencontoh atau imitatif learning, yaitu belajar dalam memberikan respon baru melalui, menunjukkan atau mengerjakan model – model perilaku yang diinginkan, sehingga dapat dilakukan klien
g) Belajar kognitf atau kognitif learning, yaitu memelihara respon yang diharapkan dan boleh mengadaptasi perilaku yang lebih baik melalui instruksi sederhana
h) Belajar emosi atau emosional leraning yaitu mengganti repson – respon emosional klien yang tidak dapat diterima menjadi respon emosional yang dapat diterima sesuai konteks classical conditioning
3) Teknik Spesifik
a) Systematic desensisation
Model konseling behavioral dengan teknik desensitisasi sistematis berupaya mengkondisikan individu dari yang tidak nyaman menjadi lebih tenang dan rileks dalam proses pembelajaran sehingga model konseling tersebut diprediksikan mampu meminimalisasi tingkat kecemasan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Teknik ini akan membantu klien dapat relaksasi sebelum dihadapkan dengan stimulus yang menakutkan.
b) Teknik Assertive
Teknik assertive merupakan teknik dalam konseling behavior yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakanya. Pada latihan asertif ini, klien disuruh untuk berperilaku asertif yaotu dengan menyatakan “tidak” terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan kemampuan dirinya. Teknik ini mengajarkan agar individu mampu bersikap atau berperilaku dalam hubungan interpersonal dengan lebih jujur dan terbuka
c) Teknik Positif
Pembentukan perilaku dengan memberikan ganjaran perkuatan primer seperti makan, tidur, istirahat. Atau perkuatan sekunder seperti senyuman, persetujuan, pujian, penghargaan dan hadiah atau punishment. Dengan adanya pujian – pujian atau dorongan yang diberikan, maka klien akan termotivasi untuk mengubah tingkah laku yang diharapkan.
d) Teknik Modeling
Teknik modeling juga diperuntukkan bagi konseli yang telah memiliki pengetahuan tentang penampilan perilaku tetapi belum dapat menampilkannya. Proses terapeutik dalam bentuk modeling akan membantu atau memengaruhi serta memperkuat perilaku yang lemah atau memperkuat perilaku yang siap dipelajari dan memperlancar respon.
e) Token Economy
Suatu wujud memodifikasi perilaku yang diancang untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dengan pemakaian token atau tanda kartu. Token economy adalah suatu teknik untuk membentuk pola tingkah laku dengan memberikan perkuatan yang bisa diraba (stampel) yang nantinya dapat ditukar dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Maka dari itu dengan adanya reward yang diberikan membangkitkan motivasi siswa untuk mengubah tingkah laku yang tidak diinginkan dan membentuk tingkah laku yang diharapkan.
REFERENSI
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : Refika Aditama.
Syawal, Helaluddin Syahrul. 2018. Psikoanalisis Sigmund Freud dan Implikasinya dalam
Pendidikan. hlm.1-15.
Zulfikar, Rezki Hariko, Muwakhidah, Nikon Aritonang. 2017. Konseling Humanistik : Sebuah
Tinjauan Filosofi. Vol.3, No.3. hlm.146-150.
Rosada, Ulfa Danni. Model Pendekatan Konseling Client Centered dan Penerapannya dalam
Praktik. Hlm. 14-25.
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang : UMM Press. hlm.128.
Mohammad Surya. 2003. Teori – Teori Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy. hlm. 23
Haslinda. 2019. Classical Conditioning. Vol.3. No.1. hlm. 87-94.
Hasdiana, Ulva. 2018. Pendekatan Behavioristik dalam Mengatasi Kenakalan Remaja di SMPN
1 Simpang Kanan Aceh Singkil. hlm. 25-26.
Usman, Irvan. Meiske Puluhulawa. Merdia Bin Smith. 2017. Teknik Modeling Simbolis dalam
Layanan Bimbingan Belajar dan Konseling. hlm. 84-85.
Ardita, I Wyn Midun. Ni Ketut Suarni. Dewi Arum Widhiyanti Merta Putri. 2014. Efektivitas
Model Konseling Behavioral Teknik Latihan Asertif dan Teknik Penguatan Positif dalam
Meningkatkan Academic Self-Efficacy pada Siswa Kelas VII. Vol.2. No.1.
Apsari, Ni Kadek Budini Dwi. Prof. Dr. Ni Ketut Suami, M.S., Kons. Dewi Arum Widhiyanthi
Mertha Putri, S.Psi.,M.A. Efektivitas Model Konseling Behavioral Teknik Token
Economy dan Teknik Positif Reinforcement untuk Meningkatkan Motivasi
Berprestasi pada Siswa Kelas X SMA LAB. Undiksha Singaraja. 2014. Vol.2. No.1




Komentar
Posting Komentar