MICROSKILL SERTA TAHAP - TAHAP KONSELING DAN PSIKOTERAPI

Assalamu'alakum semuanya, selamat datang di Blog Jembatan Ilmu Psikologi. Saya Dwi Nur Rahma dari Fakultas Psikologi Untag Surabaya. Artikel ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Konseling dan Psikoterapi. Dalam artikel ini, membahas tentang "Microskill serta Tahap - Tahap Konseling & Psikoterapi". Simak yuk ulasan berikut :)


A.    TAHAP – TAHAP KONSELING

Konseling diadakan untuk menolong klien dalam memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap suatu masalah yang sedang mereka hadapi yakni dengan melalui pemecahan masalah dan pemahaman karakter serta mencegah perilaku klien yang tidak seharusnya dilakukan. Proses atau tahap konseling sebagaimana yang dijelaskan (Jones, 2000) adalah sebagai berikut yang terangkum dalam singkatan DASIE yaitu :

1)      Development

Tahap 1 dalam proses konseling adalah mengembangkan relasi, mengidentifikasi atau mengklarifikasi masalah. Pada tahap ini konselor mengembangkan suasana empati, kehangatan dan ketulusan untuk menjalin relasi supportif dengan klien dalam rangka mengidentifikasi dan memperoleh gambaran problem yang dialami oleh klien secara lebih utuh.

Pada tahap ini, microskill yang harus dilakukan konselor adalah :

·         Konselor harus membuat hubungan yang akrab dengan klien. Mulai dari pengontrolan ekspresi wajah yang tenang dan menyejukkan, bahasa tubuh seperti anggukan kepala yang menandakan itikat yang tulus untuk mendengarkan, dan penggunaan pilihan kata dan intonasi yang tepat akan menunjuk pada sikap penerimaan

·         Konselor harus memiliki kesan nonverbal, artinya bahwa konselor seutuhnya milik klien. Konselor harus membuat klien merasa bahwa dirinya milik klien. Karena hal ini akan berpengaruh terhadap diri klien, sehingga klien akan lebih nyaman dan terbuka dalam menceritakan masalahnya ketika konseling sedang berlangsung

·         Konselor tidak boleh berkata melarang, sebab apa yang dirasakan konselor ketika klien menceritakan masalahnya, belum tentu sepemikiran dengan konselor. Karena hal itu akan membuat down pada diri klien, sehingga klien enggan untuk menceritakan masalahnya. Untuk itu jangan mengutarakan kalimat larangan yang membuat hubungan konselor dengan klien menjadi tidak nyaman

·         Konselor tidak boleh berpikiran negative kepada klien. Karena ketika konselor memiliki pikiran negative, konselor akan sulit mengidentifikasi permasalahan yang dialami klien

·         Konselor harus memiliki rasa empati, yakni menempatkan diri dalam pikiran dan perasaan klien. Konselor seolah – olah mampu merasakan dan memahami keadaan emosional klien. Seperti  “saya bisa mereasakan betapa khawatirnya anda saat ini”

 

2)      Assesment

Tahap 2 dalam proses konseling adalah menilai dan menyatakan kembali masalah klien dalam istilah keterampilan. Pada tahap ini, konselor menganalisis informasi yang diperoleh pada tahap sebelumnya untuk menghasilkan jawaban sementara tentang bagaimana klien bertindak dan berpikir yang membuatnya memiliki masalah.  

Pada tahap ini, microskill yang harus dilakukan konselor adalah :

·         Konselor harus memiliki keterampilan klarifikasi, klarifikasi merupakan suatu respon konselor untuk memperjelas apa yang sebenarnya sedang dirasakan dan dialami konseli saat ini. Klarifikasi berupa pertanyaan – pertanyaan yang efektif untuk memfasilitasi keakuratan komunikasi

·      Konselor harus memiliki keterampilan eksplorasi, artinya konselor harus menggali lebih dalam perasaan, pikiran dan pengalaman klien permasalahan klien dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan terbuka. Tujuannya agar konselor mengerti penyebab klien mengalami masalah tersebut. Karena pada tahap ini diharapkan klien lebih terbuka, namun konselor akan mengalami kesulitan ketika mendapat klien yang enggan untuk membuka diri atau menyimpan rahasia batin

3)      State

Tahap 3 menyatakan tujuan dan merencanakan tindakan. Pada tahap ini konselor mengupayakan dua hal, yakni : merumuskan dan menyatakan tujuan. Disamping itu konselor bersama klien juga memilih dan menetapkan cara mencapai tujuan.

Pada tahap ini, microskill yang harus dilakukan konselor adalah :

·         Konselor harus memiliki kemampuan dalam meyakinkan klien, artinya konselor harus mendiskusikan tentang apa yang ingin klien dapatkan dari proses konseling, untuk itu perlu mendiskusikan sasaran spesifik dan tingkah laku seperti apa yang merupakan ukuran konseling yang dinilai berhasil sehingga tercapai tujuan yang diinginkan klien

·         Konselor harus memiliki kemampuan mengarahkan klien, karena pada dasarnya proses konseling memerlukan partisipasi secara penuh dari klien. Yaitu dengan ajakan dan arahan dari konselor dan membahas bersama dengan klien apa yang diinginkannya dalam proses konseling

 

4)      Intervention

Tahap 4 dalam proses konseling adalah tindakan untuk mengembangkan keterampilan hidup. Karena itu, konselor perlu menguasai tidak hanya ketrampilan menjalin relasi supportif, tetapi juga ketrampilan dan metode pelatihan yang memadai. Tahap ini akan membantu klien enangani masalah – masalah yang sedang dihadapinya.

Pada tahap ini, microskill yang harus dilakukan konselor adalah :

·       Konselor harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik, agar dapat membina hubungan yang sehat dengan klien

·     Konselor harus memiliki jam terbang yang tinggi atau memiliki banyak pengalaman, karena konselor harus mempersipakan untuk memikirkan tentang cara terbaik untuk membantu klien

·         Konselor harus mengetahui jenis – jenis dan cara melakukan intervensi. Sebab jika tidak, konselor akan melakukan kekeliruan dalam melaksanakan konseling

·         Konselor harus memahami dan terampil dalam menggunakan metode –metode latihan psikologis. Sebab jika tidak, konselor akan melakukan kekeliruan dalam melakukan tindakan terhadap klien

 

5)      End                                                                                                                                                              

Tahap 5 dalam proses konseling adalah mengakhiri konseling dan menekankan keterampilan self-helping (menolong diri) kepada klien. Pada tahap ini, klien akan mulai mencoba melakukan perubahan – perubahan tingkah laku dalam kehidupan sehari – hari. Konselor memberikan feedback atau umpan balik terhadap apa yang dilakukan oleh klien. Umpan balik ini sangat berguna untuk perbaikan (jika itu diperlukan) dan dianjurkan atau diterapkan dalam kehidupan klien jika dipandang telah memadai.

Pada tahap ini, microskill yang harus dilakukan konselor adalah :

·         Konselor dapat memberi nasihat apabila klien memintanya. Meskipun demikian konselor harus tetap mempertimbangkannya, apakah pantas atau tidak memberikan nasihat

·        Konselor dapat membantu klien dalam membuat kesimpulan menyangkut diri klien selama melakukan konseling

·    Konselor pelan – pelah harus menghentikan kontak dengan memberikan pengawasan yang makin lama makin berkurang, jika masalah yang dihadapi klien telah tuntas.

 

B.     TAHAP – TAHAP PSIKOTERAPI

Psikoterapi merupakan usaha seorang terapis untuk memberikan suatu bantuan dalam proses penyembuhan klien melalui beberapa terapi tertentu. Psikoterapi atau terapi kerjiwaan dikembangkan melalui tahap – tahap berikut :


 

1)      Wawacara Awal

Pada tahap awal ini perlu dirumuskan tentang apa yang akan terjadi selama proses terapi berlangsung. Aturan - aturan apa saja yang harus diketahui dan akan dilaksanakan oleh konseli/klien. Dalam tahap awal ini perlu dibina rapport yaitu hubungan baik yang menimbulkan keyakinan dan kepercayaan klien bahwa ia akan dapat ditolong. Dalam tahap awal ini juga klien harus bersedia mengutarakan pikiran dan perasaannya kepada terapis. Dengan itu, terapis akan mengetahui keluhan atau permasalahan klien. Tugas terapis adalah memberikan perhatian penuh dan mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan klien.

            Jadi, seorang terapis harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan kemampuan menjadi pendengar yang baik karena terpis harus teliti dan mendengar pasien dengan penuh perhatian.

 

2)      Proses Terapi

Pada tahap ini, terapis perlu mengkaji dan mendalami pengalaman pasien menggali pengalaman masa lalu selama hal itu relevan dengan permasalahan yang dihadapi oleh pasien. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah terapis harus memiliki kemampuan dalam menghidupkan suasana keakraban dan komunikasi dua arah yang mengalir antara klien dengan terapis.  

 

3)      Tindakan Psikoterapi

Tahap ini dilakukan pada saat menjelang terapi berkahir. Pada tahap ini, baik terapis maupun klien mengkaji ulang kembali apa yang telah dipelajari klien selama terapi berlangsung, dan apa yang akan diterapkan nantinya dalam kehidupan klien. Hal yang sangat penting dilakukan adalah agar tujuan terapi yang telah disepakati bersama dapat tercapai.

Terapis harus memiliki kemampuan dalam memahami dasar ilmu psikologi, memiliki pengalaman dan menguasi psikoterapi, karena jika terapis tidak memahami itu maka akan kesulitan dalam mengambil tindakan psikoterapi dengan pasien. kemudian terapis harus memiliki kemampuan dalam memperkuat motivasi pasien dalam melakukan hal yang benar.

 

4)      Mengakhiri Terapi

Terapi dapat diakhiri kalau tujuannya telah tercapai, namun bisa juga terapi berakhir apabila klien tidak melanjutkan terapi. Terapi juga bisa berakhir apabila terapis tidak dapat menolong kliennya, namun terapis sebaiknya merujuk kliennya kepada ahli lain sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi klien tesebut. Klien juga harus diberitahu beberapa waktu sebelum pengakhiran terapi, karena klien akan menghadapi lingkungannya tanpa bantuan terapis.  

Untuk itu, terapis harus memiliki kemampuan dalam menghilangkan sedikit demi sedikit ketergantungan klien terhadap dirinya dan terapis harus memilki kemampuan dalam menarik kesimpulan yang relevan dengan keadaan pasiennya dengan hasil yang sebenar – benarnya serta terapis harus memastikan bahwa pasiennya akan mengalami pertumbuhan personal kearah yang lebih baik.

 

Jadi, dalam konseling dan psikoterapi masing – masing memiliki tahapan untuk mencapai akhir dari tujuan yang diinginkan. Namun, disetiap tahap – tahap konseling dan psikoterapi seorang konselor atau terapis harus memiliki microskill atau kemampuan – kemampuan yang harus mereka gunakan pada setiap tahap konseling dan psikoterapi. Karena tanpa microskill, koonselor tidka tidak akan tahu apa yang harusnya dilakukan dan tidak dilakukan. Sehingga dengan adanya microskill akan membantu melancarkan proses konseling dan psikoterapi. 

 

 

 

 

 

 

 

 

SUMBER RUJUKAN

 

Latipun. (2001). Psikologi Konseling. Malang : UMM Press

Karni, Asniti. (2014). Konseling dan Psikoterapi Profesional. Vol. 14 No. 1. Hlm: 50-51

Solokin, Asep. (2013). Model Konseling Keterampilan Hidup Dalam Meningkatkan

            Kemampuan Hubungan Sosial Santri. Vol.12 (1). Hlm: 31-42

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSELING vs PSIKOTERAPI

TIPE - TIPE KONSELING DAN PSIKOTERAPI